Sunday, 4 November 2012

The Roman Empire

Artikel ini memang dibuat berdasarkan polemik yang terjadi di tubuh Chelsea saat ini. Dimana para fans mulai terpecah, beberapa –meski merasa sedih– tetap yakin pada keputusan sang pemilik dan sebagian besar lainnya mulai kehilangan kepercayaan pada sang pemilik yang dikenal sadis dalam memecat pelatih papan atas. Sang taipan Rusia memang cukup berdarah dingin dalam memuaskan ambisinya, sebut saja nama-nama besar yang dibuang begitu saja seperti Claudio Ranieri, Jose Mourinho, Avram Grant, Luiz Felipe Scolari, Carlo Ancelotti, Andre Villas-Boas, dan yang terakhir adalah Roberto Di Matteo. Bahkan kemilau rentetan piala yang pernah dipersembahkan oleh Mourinho, Ancelotti, dan Di Matteo tak mampu menjadi alasan, jika sang pemilik sudah menganggap pekerjaan mereka gagal. 



Hal ini membuat kursi pelatih Chelsea saat ini menjadi yang terpanas di dunia, siapapun yang berani menerima pekerjaan sebagai pelatih Chelsea pastinya harus mempunyai persiapan mental yang cukup jika suatu saat nanti mereka disingkirkan begitu saja dari Stamford Bridge. Bahkan gaji besar yang ditawarkan melatih di sana rupanya masih menciutkan nyali Pep Guardiola –yang namanya sempat mencuat sebagai pelatih selanjutnya– sehingga harus berasalan belum mau melatih lagi. 

Abramovich memang lebih terlihat sebagai kaisar di kerajaan adidaya, daripada sekedar seorang pemilik tim sepak bola profesional. Tindakannya memang terlihat sangat arogan, tapi begitulah cara sang kaisar memerintah di kerajaan yang sedang dipimpinnya yang bernama The Roman Empire. Mengutip sebuah pernyataan dari seorang sport caster yang cukup dikenal di negeri ini, Reinhard Tawas melalui akun twitter miliknya: @reinhardtawas: “Di salah satu panel atap Stamford Bridge ada tulisan besar yang tak pernah masuk TV: Roman Empire. Mungkin karena itu dia bertindak seperti kaisar.” Ya, tulisan singkat yang ada di atap stadion itu mungkin menjelaskan semuanya. 

Abramovich saat ini memang selalu menjadi bahan olok-olok dari fans klub rivalnya atas kebiasaan buruknya tersebut, dan yang lebih memperparah adalah olok-olokan tersebut kini datang dari fans Chelsea sendiri. Tapi, adakah yang mampu mengambil sisi positif dari kebiasaan buruk sang pemilik tersebut? 

Fans Manchester City boleh berbangga mempunyai seorang pemilik klub yang kekayaannya jauh melampaui Abramovich, jangan heran bila semua pemain besar dari seluruh penjuru dunia seolah berlomba-lomba ingin merapat ke Etihad Stadium di Manchester untuk mendapatkan gaji spektakuler dan jauh dari apa yang pernah mereka terima sebelumnya. Akan tetapi, apakah pemilik mereka, Sheikh Mansour, sering terlihat di setiap pertandingan untuk menyaksikan tim yang dimilikinya bertanding? Tidak. Anda bisa menghitung dengan jari berapa kali pemilik asal Abu Dhabi itu menyaksikan timnya berlaga. Tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan Abramovich, yang hampir di setiap pertandingan selalu terlihat di tribun menikmati tim kesayangannya bertanding. Bahkan untuk laga tandang sekalipun, ia nyaris tak pernah absen. 

Tak bisa dipungkiri, Abramovich adalah fans nomor satu Chelsea. Ron Gourlay, CEO Chelsea, menegaskan bahwa tidak ada satupun orang yang mencintai Chelsea melebihi dirinya (Roman), dan dia akan melakukan apapun demi mendapatkan banyak gelar. Mungkin karena itu ia sering menginterfensi langsung klub yang dimilikinya, tidak seperti para pemilik klub yang lain yang lebih mempercayakan tugas itu diemban oleh jejeran petinggi klub dengan tugasnya masing-masing. 

Meski terlihat tidak terima atas tindakan semena-mena yang dilakukan oleh sang pemilik, fans Chelsea saat ini masih terlihat dalam situasi yang cukup kondusif. Di dalam lubuk hati mereka sebenarnya cukup sadar atas apa yang sudah dilakukan oleh sang pemilik sejak mengambil alih klub kesayangan mereka dari Ken Bates, pemilik sebelumnya pada tahun 2003 silam. Sejak kedatangan Roman, Chelsea pun menjelma menjadi tim yang sangat ditakuti. Gelar medioker yang kala itu menempel pada tim ini pun mulai luntur, Chelsea berubah menjadi tim yang cukup ditakuti di Inggris, bahkan di Eropa. Prestasi puncaknya adalah pada Mei silam, ketika tim yang tidak diunggulkan saat itu mampu membalikkan keadaan dan menang secara dramatis di Munich atas tuan rumah, Bayern Munich. Yes, their first Champions League trophy, Champions of Europe. 

Kepergian Di Matteo yang sangat mendadak memang menyedihkan buat sebagian besar fans Chelsea, tapi bukankah hal seperti ini sudah biasa di era kepemimpinan Roman? Kepergian Mourinho dan Ancelotti sebelumnya juga sempat memunculkan polemik serupa, namun pada akhirnya itu semua bisa dilewati dan terlupakan dengan sendirinya bukan? Jika anda merupakan fans Chelsea, anda tak perlu takut tim anda tak memenangkan gelar apapun selama tujuh tahun, atau harus menunggu puluhan tahun untuk bisa kembali menjadi yang terbaik di Inggris. Abramovich tak akan membiarkan hal itu terjadi, oleh karena itu mengapa ia terlalu mudah memecat pelatih yang ia anggap gagal, melalui perspektifnya. 

Pelatih anyar The Blues, Rafa Benitez, memang pelatih yang kurang disukai di Stamford Bridge, apalagi ia punya reputasi buruk terhadap Chlelsea saat masih menukangi The Reds melalui komentar-komentarnya kala itu. Namun kini ia adalah bagian dari Chelsea, jika anda benar-benar menyukai tim ini, tentu anda harus menerimanya, suka atapun tidak. Abramovich sudah memberikannya kepercayaan pada pelatih asal Spanyol itu untuk menukangi tim yang dicintainya, dan memang tak ada salahnya kan mencoba? If you never try, you’ll never know. 

Haruskah fans Chelsea membenci Roman setelah apa yang dilakukannya selama ini? Jika anda benar-benar mencintai klub tersebut, pada akhirnya anda pasti mengerti. At Least, cobalah untuk mengerti. Abramovich adalah ujian fans Chelsea yang sesungguhnya, if you really know what I mean. 



So the question is: Which Chelsea fans are you? ‘In Roman We Trust’ or ‘Love Chelsea Hate Roman’? You choose! 

No comments:

Post a Comment